Post by admin™ on Jun 25, 2006 18:16:55 GMT -5
Berhati-hatilah dalam proses berlatih dan membina Kesadaran Sejati,
Karena semakin banyak kita menyadari ikatan-ikatan pikiran.
Maka akan semakin kencang dan
sulit ikatan-ikatan yang harus kita lepaskan.
Seorang pemuda berasal dari wilayah utara yang selalu bersalju. Selama hidupnya, pemuda ini hanya mengenal binatang-binatang yang hidup di daerah salju, seperti: beruang salju, ikan, serigala salju, anjing laut, dan pingguin.
Sejak kecil hingga dewasa, dia banyak telah mendengar cerita tentang seekor binatang yang luar biasa, dimana binatang ini dapat berlari dengan cepat selama berjam-jam walaupun hanya diberi makan daun-daun rumput saja. Binatang yang hebat ini dinamakan kuda.
Apapun cerita tentang kuda selalu membekas didalam pikirannya. Diapun selalu terpesona dan takjub bilamana mendengarkan cerita tentang kuda dari bapak dan kakeknya. Cerita tentang kuda selalu didengarnya berulang-ulang tanpa rasa bosan sedikitpun.
Pada suatu hari, dia memohon pamit kepada orang tuanya untuk berkelana ke daerah selatan. Dirinya berkelana untuk belajar menunggang kuda, karena dia mengetahui bahwa ada seorang guru pandai yang serba mengetahui tinggal di perbatasan utara dan selatan. Dia mendengar bahwa guru ini sangat tersohor karena sanggup melatih segala macam kepandaian.
Walaupun dirinya telah menyadari bahwa perjalanan ke perbatasan memakan waktu berminggu-minggu, tekadnya telah bulat untuk belajar menunggang kuda.
Mengetahui keinginan anaknya yang telah bulat, dan tujuannya yang baik. Orang tua pemuda ini akhirnya merelakan kepergian anaknya. Mereka memberikan doa restu yang tiada terhingga, dan memohon agar anaknya selalu dilindungi dan diberkahi oleh Yang Maha Kuasa.
Setelah berminggu-minggu melewati medan salju yang cukup sulit, akhirnya dia sampai di perbatasan. Dirinya langsung menanyakan tempat sang guru tersebut kepada penjaga perbatasan. Rupanya dia sangat beruntung kali ini, karena tampaknya semua orang yang ditanyai selalu dapat membantunya menunjukkan arah yang benar.
Sesampai ditempat sang guru, dia memohon agar sang guru dapat menjadikannya sebagai murid. Dia menjelaskan tujuan kedatangannya dari wilayah utara untuk belajar mengendalikan kuda. Gurunya merasa terharu akan kebulatan tekadnya.
Kemudian sang guru mempersilahkan pemuda itu untuk beristirahat beberapa hari, karena pemuda ini tampaknya sangat lelah setelah menempuh perjalanan yang berminggu-minggu.
Keesokan harinya, sang guru memanggil pemuda ini untuk menangkap seekor kuda terlebih dahulu di lembah barat.
Muridnya menanyakan: “Bagaimanakah bentuk dari seekor kuda ?”.
Sang Guru mengatakan:”Kuda mempunyai kuping dan ekor yang indah.”
Dengan bersemangat sang murid berburu kelembah barat untuk mencari seekor kuda. Saat sampai di lembah barat yang subur, dia menemukan banyak sekali hewan-hewan aneh yang belum pernah dilihatnya. Lalu ditemukannya seekor binatang yang sedang memakan jagung-jagung.
Dia lalu melihat kuping binatang ini yang begitu indah, lalu dia melihat ekornya. Ternyata ekor binatang juga indah. Dengan berbangga hati karena merasa yakin tugas dari sang guru dapat dipenuhi. Kemudian dirinya berusaha untuk membawa binatang ini kehadapan gurunya.
Di perjalanan pulang, banyak orang melihat sang pemuda dengan takjub. Dirinya merasa bangga sekali, karena setiap orang yang dilewatinya selalu terpesona melihat hasil tangkapannya yang kuat dan besar. Dirinya tidak hanya membanggakan hasil tangkapannya, tetapi mengharapkan orang yang melihatnya akan menganggap juga sebagai penunggang kuda yang mahir.
Pemuda ini langsung merubah langkah jalannya menjadi lebih tegap bagaikan seorang prajurit kerajaan yang berjalan, karena teringat cerita kakeknya bahwa seorang penunggang kuda yang mahir selalu berjalan tegap disamping kudanya.
Sesampai di tempat gurunya, dia langsung menghadap gurunya dan dengan bangga mengajak gurunya untuk melihat kuda tangkapannya.
Sang guru berkata “Ini…… ini adalah gajah, bukan kuda.“
“Bagaimana engkau mendapatkan gajah ini ?” tanya guru lagi.
“Gajah ?….Saya menemukannya di dekat danau lembah barat, binatang ini sedang memakan jagung-jagung muda.” Jawab si murid dengan kecewa.
“Baiklah, carilah kuda yang mempunyai kuping dan ekor yang indah. Dan ingat kuda tidak mempunyai belalai, bentuknya lebih kecil, dan hanya mememakan rumput.”
Maka si murid kembai pergi ke lembah barat. Kemudian dia menuju padang rumput karena dia yakin kali ini bisa mendapatkan kuda di padang rumput.
Tiba dipadang rumput, dia melihat seekor binatang yang sedang memakan rumput. Diperhatikan dengan seksama kuping dan ekor binatang tersebut yang tampak begitu indah, mukanya tidak memiliki belalai, dan tubuhnya lebih kecil. Dengan senang hati karena kali ini dia yakin sekali berhasil menemukan seekor kuda. Dengan teknik berburunya yang sangat pandai, akhirnya dia berhasil juga menangkap kuda ini. Lalu dia mengikat kudanya untuk dibawa kehadapan gurunya.
Diperjalankan pulang, dia menjumpai banyak orang yang memberinya tepuk tangan dan memujinya. Dirinya lalu melakukan langkah tegapnya kembali karena terbayang cerita sang kakek tentang penunggang kuda yang mahir.
Kemudian dirinya langsung membawa kuda tangkapannya kehadapan gurunya.
“Muridku….. apakah engkau tahu binatang apa yang engkau bawa kali ini ?” Tanya sang guru.
“Guru… saya telah membawa seekor kuda. Saya menangkapnya ketika dia sedang memakan rumput di padang rumput. Lihatlah kuping dan ekornya begitu indah, tanpa belalai dan tubuhnya yang lebih kecil. Bahkan dilengkapi hiasan tanduk yang indah sekali.” Jelas sang murid bersemangat.
“Benar muridku, tetapi ini hanyalah seekor rusa. Seekor kuda tidak mempunyai tanduk. Dan bentuknya lebih besar dari rusa ini., dan bulu dibadannya tidak bermotif bulat-bulat.“
“Guru… maafkan saya. Saya akan berangkat sekarang juga, dan besok pagi pasti telah membawakan kehadapan guru seekor kuda.” Ungkap sang murid sinar mata berkaca-kaca.
“Muridku, Engkau memiliki semangat dan kemauan yang luar biasa. Saya bangga memiliki murid seperti kamu. Tetapi engkau juga harus dapat menjaga kesehatan. Beristirahatlah dahulu sekarang ini. Besok pagi engkau boleh pergi lagi ke lembah barat untuk menangkap seekor kuda. Silahkan engkau beristirahat.” Kata sang guru dengan tersenyum.
Diapun lalu mohon pamit untuk beristirahat dengan perasaan kecewa, karena dirinya tidak diizinkan pergi sekarang ini juga.
Hingga malam hari diapun mengalami sulit tidur, karena pikirannya terus membayangkan berbagai macam rupa dari kuda. Karena pikirannya yang sedemikan kuatnya untuk membayangkan seekor kuda, didalam tidur, dirinya bermimpi telah menjadi seorang perwira yang pandai menunggang kuda.
Jam empat pagi, dia terbangun. Walaupun terasa masih sangat lelah karena kurang tidur, diapun memaksakan dirinya untuk bangun dan berkemas pergi ke lembah barat. Sungguh suatu semangat dan kemauan yang luar biasa ada didalam dirinya.
Perjalanan ke lembah barat memakan waktu beberapa jam, dan akhirnya diapun mulai melakukan pemburuannya. Setelah melakukan pengamatan lebih dari 3 jam, akhirnya dia menemukan seekor binatang yang sedang memakan rumput.
Tampak binatang ini mempunyai kuping dan ekor yang indah, badannya tampak lebih besar dari rusa dan lebih kecil dari gajah. Diperhatikan binatang ini juga tidak mempunyai belalai, dan bulu dibadannya tidak bermotif bulat-bulat. Dirinya merasa yakin sekali bahwa inilah kuda yang sebenarnya.
Sebelum kita mengenal kuda, maka kita diberitahukan oleh guru bahwa kuda itu mempunyai kuping yang indah. Disini mungkin kita akan membayangkan binatang lain yang mempunyai kuping indah, mungkin dipikiran kita akan tampak gambaran kuda seperti gambaran: jerapah, kucing, anjing, gajah, keledai, kambing, rusa, bahkan gajah, dsb.
Saat ini kita mencoba membentuk gambaran kuda dalam gambaran pikiran. Kemudian kita mendapat pelajaran lagi dari guru kita yang menerangkan bahwa kuda itu makannya rumput. Maka kita mulai memperkecil perkiraan kita yang sebelumnya. Disini kita mulai menduga kuda itu bentuknya seperti jerapah, kambing, rusa, atau keledai.
Setelah beberapa lama, kita mendapat ajaran dari guru kita bahwa kuda itu tidak mempunyai tanduk. Maka jerapah, kambing, rusa dan binatang perkiraan kita sendiri yang mempunyai tanduk adalah bukan kuda.
Disini kita terus mengalami kemajuan, dan juga banyak halangan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam.
Contoh halangan dari dalam diri, adalah rasa sombong dan bangga. Dimana disaat kita pertama kali merasa telah dapat mengenal seekor kuda dengan benar, maka akan timbul rasa sombong dan bangga. Akhirnya kita sendiri semakin sulit untuk menerima lagi ajaran kebenaran lainnya dari guru.
Kita merasa bangga telah mencapai apa yang dimaksud oleh guru kita, padahal sebenarnya kuda yang kita tangkap itu sebenarnya hanyalah seekor keledai saja.
Ditambah lagi halangan-halangan dari luar, sebagai contoh kita selalu mengharapkan pujian dari orang lain tentang keberhasilan kita mengenal kuda. Kadangkala orang lain tidak menyetujui pendapat kita, maka akhirnya waktu kita habis untuk memperdebatkan saja.
Pencarian pemuda tersebut tidaklah berbeda dengan para mahluk yang menjalankan kehidupan spiritual, mereka berlatih untuk mencari kesadaran sejati dan mengendalikan pikiran.
Tanpa kita sadari bahwa kita telah menyimpang dari apa yang dimaksud guru tentang kesadaran sejati. Kita tidak menyadari bahwa sesungguhnya telah dikendalikan oleh seekor keledai, yaitu pikiran kita sendiri.
Karena semakin banyak kita menyadari ikatan-ikatan pikiran.
Maka akan semakin kencang dan
sulit ikatan-ikatan yang harus kita lepaskan.
Seorang pemuda berasal dari wilayah utara yang selalu bersalju. Selama hidupnya, pemuda ini hanya mengenal binatang-binatang yang hidup di daerah salju, seperti: beruang salju, ikan, serigala salju, anjing laut, dan pingguin.
Sejak kecil hingga dewasa, dia banyak telah mendengar cerita tentang seekor binatang yang luar biasa, dimana binatang ini dapat berlari dengan cepat selama berjam-jam walaupun hanya diberi makan daun-daun rumput saja. Binatang yang hebat ini dinamakan kuda.
Apapun cerita tentang kuda selalu membekas didalam pikirannya. Diapun selalu terpesona dan takjub bilamana mendengarkan cerita tentang kuda dari bapak dan kakeknya. Cerita tentang kuda selalu didengarnya berulang-ulang tanpa rasa bosan sedikitpun.
Pada suatu hari, dia memohon pamit kepada orang tuanya untuk berkelana ke daerah selatan. Dirinya berkelana untuk belajar menunggang kuda, karena dia mengetahui bahwa ada seorang guru pandai yang serba mengetahui tinggal di perbatasan utara dan selatan. Dia mendengar bahwa guru ini sangat tersohor karena sanggup melatih segala macam kepandaian.
Walaupun dirinya telah menyadari bahwa perjalanan ke perbatasan memakan waktu berminggu-minggu, tekadnya telah bulat untuk belajar menunggang kuda.
Mengetahui keinginan anaknya yang telah bulat, dan tujuannya yang baik. Orang tua pemuda ini akhirnya merelakan kepergian anaknya. Mereka memberikan doa restu yang tiada terhingga, dan memohon agar anaknya selalu dilindungi dan diberkahi oleh Yang Maha Kuasa.
Setelah berminggu-minggu melewati medan salju yang cukup sulit, akhirnya dia sampai di perbatasan. Dirinya langsung menanyakan tempat sang guru tersebut kepada penjaga perbatasan. Rupanya dia sangat beruntung kali ini, karena tampaknya semua orang yang ditanyai selalu dapat membantunya menunjukkan arah yang benar.
Sesampai ditempat sang guru, dia memohon agar sang guru dapat menjadikannya sebagai murid. Dia menjelaskan tujuan kedatangannya dari wilayah utara untuk belajar mengendalikan kuda. Gurunya merasa terharu akan kebulatan tekadnya.
Kemudian sang guru mempersilahkan pemuda itu untuk beristirahat beberapa hari, karena pemuda ini tampaknya sangat lelah setelah menempuh perjalanan yang berminggu-minggu.
Keesokan harinya, sang guru memanggil pemuda ini untuk menangkap seekor kuda terlebih dahulu di lembah barat.
Muridnya menanyakan: “Bagaimanakah bentuk dari seekor kuda ?”.
Sang Guru mengatakan:”Kuda mempunyai kuping dan ekor yang indah.”
Dengan bersemangat sang murid berburu kelembah barat untuk mencari seekor kuda. Saat sampai di lembah barat yang subur, dia menemukan banyak sekali hewan-hewan aneh yang belum pernah dilihatnya. Lalu ditemukannya seekor binatang yang sedang memakan jagung-jagung.
Dia lalu melihat kuping binatang ini yang begitu indah, lalu dia melihat ekornya. Ternyata ekor binatang juga indah. Dengan berbangga hati karena merasa yakin tugas dari sang guru dapat dipenuhi. Kemudian dirinya berusaha untuk membawa binatang ini kehadapan gurunya.
Di perjalanan pulang, banyak orang melihat sang pemuda dengan takjub. Dirinya merasa bangga sekali, karena setiap orang yang dilewatinya selalu terpesona melihat hasil tangkapannya yang kuat dan besar. Dirinya tidak hanya membanggakan hasil tangkapannya, tetapi mengharapkan orang yang melihatnya akan menganggap juga sebagai penunggang kuda yang mahir.
Pemuda ini langsung merubah langkah jalannya menjadi lebih tegap bagaikan seorang prajurit kerajaan yang berjalan, karena teringat cerita kakeknya bahwa seorang penunggang kuda yang mahir selalu berjalan tegap disamping kudanya.
Sesampai di tempat gurunya, dia langsung menghadap gurunya dan dengan bangga mengajak gurunya untuk melihat kuda tangkapannya.
Sang guru berkata “Ini…… ini adalah gajah, bukan kuda.“
“Bagaimana engkau mendapatkan gajah ini ?” tanya guru lagi.
“Gajah ?….Saya menemukannya di dekat danau lembah barat, binatang ini sedang memakan jagung-jagung muda.” Jawab si murid dengan kecewa.
“Baiklah, carilah kuda yang mempunyai kuping dan ekor yang indah. Dan ingat kuda tidak mempunyai belalai, bentuknya lebih kecil, dan hanya mememakan rumput.”
Maka si murid kembai pergi ke lembah barat. Kemudian dia menuju padang rumput karena dia yakin kali ini bisa mendapatkan kuda di padang rumput.
Tiba dipadang rumput, dia melihat seekor binatang yang sedang memakan rumput. Diperhatikan dengan seksama kuping dan ekor binatang tersebut yang tampak begitu indah, mukanya tidak memiliki belalai, dan tubuhnya lebih kecil. Dengan senang hati karena kali ini dia yakin sekali berhasil menemukan seekor kuda. Dengan teknik berburunya yang sangat pandai, akhirnya dia berhasil juga menangkap kuda ini. Lalu dia mengikat kudanya untuk dibawa kehadapan gurunya.
Diperjalankan pulang, dia menjumpai banyak orang yang memberinya tepuk tangan dan memujinya. Dirinya lalu melakukan langkah tegapnya kembali karena terbayang cerita sang kakek tentang penunggang kuda yang mahir.
Kemudian dirinya langsung membawa kuda tangkapannya kehadapan gurunya.
“Muridku….. apakah engkau tahu binatang apa yang engkau bawa kali ini ?” Tanya sang guru.
“Guru… saya telah membawa seekor kuda. Saya menangkapnya ketika dia sedang memakan rumput di padang rumput. Lihatlah kuping dan ekornya begitu indah, tanpa belalai dan tubuhnya yang lebih kecil. Bahkan dilengkapi hiasan tanduk yang indah sekali.” Jelas sang murid bersemangat.
“Benar muridku, tetapi ini hanyalah seekor rusa. Seekor kuda tidak mempunyai tanduk. Dan bentuknya lebih besar dari rusa ini., dan bulu dibadannya tidak bermotif bulat-bulat.“
“Guru… maafkan saya. Saya akan berangkat sekarang juga, dan besok pagi pasti telah membawakan kehadapan guru seekor kuda.” Ungkap sang murid sinar mata berkaca-kaca.
“Muridku, Engkau memiliki semangat dan kemauan yang luar biasa. Saya bangga memiliki murid seperti kamu. Tetapi engkau juga harus dapat menjaga kesehatan. Beristirahatlah dahulu sekarang ini. Besok pagi engkau boleh pergi lagi ke lembah barat untuk menangkap seekor kuda. Silahkan engkau beristirahat.” Kata sang guru dengan tersenyum.
Diapun lalu mohon pamit untuk beristirahat dengan perasaan kecewa, karena dirinya tidak diizinkan pergi sekarang ini juga.
Hingga malam hari diapun mengalami sulit tidur, karena pikirannya terus membayangkan berbagai macam rupa dari kuda. Karena pikirannya yang sedemikan kuatnya untuk membayangkan seekor kuda, didalam tidur, dirinya bermimpi telah menjadi seorang perwira yang pandai menunggang kuda.
Jam empat pagi, dia terbangun. Walaupun terasa masih sangat lelah karena kurang tidur, diapun memaksakan dirinya untuk bangun dan berkemas pergi ke lembah barat. Sungguh suatu semangat dan kemauan yang luar biasa ada didalam dirinya.
Perjalanan ke lembah barat memakan waktu beberapa jam, dan akhirnya diapun mulai melakukan pemburuannya. Setelah melakukan pengamatan lebih dari 3 jam, akhirnya dia menemukan seekor binatang yang sedang memakan rumput.
Tampak binatang ini mempunyai kuping dan ekor yang indah, badannya tampak lebih besar dari rusa dan lebih kecil dari gajah. Diperhatikan binatang ini juga tidak mempunyai belalai, dan bulu dibadannya tidak bermotif bulat-bulat. Dirinya merasa yakin sekali bahwa inilah kuda yang sebenarnya.
Sebelum kita mengenal kuda, maka kita diberitahukan oleh guru bahwa kuda itu mempunyai kuping yang indah. Disini mungkin kita akan membayangkan binatang lain yang mempunyai kuping indah, mungkin dipikiran kita akan tampak gambaran kuda seperti gambaran: jerapah, kucing, anjing, gajah, keledai, kambing, rusa, bahkan gajah, dsb.
Saat ini kita mencoba membentuk gambaran kuda dalam gambaran pikiran. Kemudian kita mendapat pelajaran lagi dari guru kita yang menerangkan bahwa kuda itu makannya rumput. Maka kita mulai memperkecil perkiraan kita yang sebelumnya. Disini kita mulai menduga kuda itu bentuknya seperti jerapah, kambing, rusa, atau keledai.
Setelah beberapa lama, kita mendapat ajaran dari guru kita bahwa kuda itu tidak mempunyai tanduk. Maka jerapah, kambing, rusa dan binatang perkiraan kita sendiri yang mempunyai tanduk adalah bukan kuda.
Disini kita terus mengalami kemajuan, dan juga banyak halangan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam.
Contoh halangan dari dalam diri, adalah rasa sombong dan bangga. Dimana disaat kita pertama kali merasa telah dapat mengenal seekor kuda dengan benar, maka akan timbul rasa sombong dan bangga. Akhirnya kita sendiri semakin sulit untuk menerima lagi ajaran kebenaran lainnya dari guru.
Kita merasa bangga telah mencapai apa yang dimaksud oleh guru kita, padahal sebenarnya kuda yang kita tangkap itu sebenarnya hanyalah seekor keledai saja.
Ditambah lagi halangan-halangan dari luar, sebagai contoh kita selalu mengharapkan pujian dari orang lain tentang keberhasilan kita mengenal kuda. Kadangkala orang lain tidak menyetujui pendapat kita, maka akhirnya waktu kita habis untuk memperdebatkan saja.
Pencarian pemuda tersebut tidaklah berbeda dengan para mahluk yang menjalankan kehidupan spiritual, mereka berlatih untuk mencari kesadaran sejati dan mengendalikan pikiran.
Tanpa kita sadari bahwa kita telah menyimpang dari apa yang dimaksud guru tentang kesadaran sejati. Kita tidak menyadari bahwa sesungguhnya telah dikendalikan oleh seekor keledai, yaitu pikiran kita sendiri.