Post by admin™ on May 14, 2018 20:17:18 GMT -5
Didik Darmanto
15 hrs
EKSTRIMISME ITU NYATA
Saya pernah, berjalan di suatu masa, dimana memiliki kebencian tersendiri kepada kawan-kawan non muslim.
Pada suatu masa itu, saya belajar memainkan pedang, mengasah trisula, dan menyimpannya di bawah kolong tidur.
Saya pernah, di suatu masa, berlatih fisik dengan terjadwal, agar suatu ketika panggilan jihad datang, saya dalam keadaan siap.
Saya pernah, di suatu masa saat semangat ‘hijrah’ sedang tinggi-tingginya, punya pandangan bahwa pemerintah yang belum melakukan hukum Islam, adalah thaghut. Dan karenanya, layak diganti.
Saya pernah seekstrim itu.
Mohon maaf jika ada kawan semasa itu yang tersinggung dengan kata ‘ekstrim’.
Namun benar. Saya di hari ini, memandang saya di waktu itu adalah manusia yang ekstrim, dalam batasan tertentu.
Entah apakah saya harus bersyukur atau sebaliknya, pikiran saya mulai tercerahkan setelah pindah ke Jogja, dan kuliah di fakultas Sospol.
Saya mulai hidup dan bergaul dengan kawan-kawan non-muslim, di kampus dan di organisasi kemahasiswaan. Dimana pada masa itu, saya tidak pernah bergaul dan berteman akrab dengan non-muslim. Dan ternyata kawan-kawan non-muslim saya, tidak sejelek yang saya bayangkan, pada masa itu.
Saya menilai ini adalah pencerahan dari Allah, agar saya tidak terlalu jauh terjerumus, membenci makhluknya hanya karena beda agama.
Mengenai hal ini, pernah saya sampai berkelakar dengan istri Wulan Darmanto: Untung dulu saya kuliah di Jogja. Coba kalau masih di Boyolali, mungkin saya tidak bisa menikahimu. Karena sudah keburu terbang ke Afghanistan.
Saya pernah sangat dekat dengan hal-hal seperti ini.
Maka, ketika timeline FB banyak yang berpendapat bahwa bom surabaya adalah settingan, pengalihan isu, hingga dihubungkan dengan pemilu 2019, saya seperti orang yang sedang siaga: Bangkit dari duduk. Lari dari berjalan.
Mohon, siapapun Anda wahai saudaraku, berhenti menganggap ini adalah settingan. Termasuk dihubung-hubungkan untuk merontokkan tagar #2019gantipresiden.
(*Catatan: saya tidak sedang mendukung kelompok cebong maupun kamvret. Kata peraturan, PNS nggak boleh berpolitik.. ☺️)
Kaum ‘ekstrimis’ itu ada dan nyata. Dan pemikiran ini sangat berbahaya!
Jangan dikira kaum muslimin pasti selamat dari bahaya pemikiran ini. Saya nyaris terperosok ke dalamnya. Dan hari ini saya mengkhawatirkan anak-anak saya, anak-anak kita, akan teracuni oleh pemikiran ini.
Jika Anda khawatir dengan bahaya pornografi, maka sebenarnya bahaya pemikiran ekstrim pun tak kalah menyeramkan. Anak kita bahkan kita sendiri bisa terjungkal karenanya.
Islam agama yang damai. Bahkan Rasulullah ketika berperang punya aturan yang tegas: TIDAK BOLEH MENGHANCURKAN RUMAH IBADAH.
Jika ini yang terjadi, mari kita renungi, tidakkah yang mereka lakukan sudah jauh menyimpang?
Ini penyimpangan. Bukan pengalihan isu. Ini bencana kemanusiaan. Bukan agenda settingan.
Semoga kita cerdas mengambil pelajaran.
*) Meme diambil dari timeline Facebook, mungkin memiliki hak cipta.
Ekstrimisme is real
I once, walked at a time, which had his own hatred of non-Muslim friends.
Once upon a time, I learned to play the sword, hone the trident, and keep it under sleeping.
I once, at a time, practicing physical with scheduled, so that one time the jihad is coming, I'm ready.
I once, in a time when the spirit of the hijrah is high, has a view that the government has not yet committed Islamic law, is taghut. And hence, worth replacing.
I've been that extreme.
I'm sorry if there was a friend when it was offended by the word ' Extreme '.
But true. Me today, staring at me at that time is an extreme human being, in certain boundaries.
I don't know whether I should be grateful or otherwise, my mind begins to be enlightened after moving to jogja, and college at sospol faculty
I'm starting to live and hang out with non-Muslim friends, in college and in student affairs organizations. Where at the time, I've never been hanging out and consorting with non-Muslims. And it turns out my non-Muslim friends, it's not as bad as I imagined, at that time.
I judge this is enlightenment from God, so that I do not go too far, hating it just for different religion.
About this, once I was joking with the wife of Wulan Darmanto: luckily i went to college in jogja. If it's still in boyolali, maybe I can't marry you. ' cause we flew to Afghanistan.
I've been very close to things like this.
Then, when the timeline of fb is a lot to think that surabaya bomb is is, a diversion of the issue, to be connected to the 2019 election, I'm like a standing man: Running away.
Please, whoever you are, my brother, stop assuming this is is. Includes Connect-connect to rearrange hashtag #2019 Gantipresiden.
(* NOTE: I do not support group and kamvret groups. Rules, servants can't politics.. ☺️)
Extremists are real and real. And this thought is extremely dangerous!
Do not think the Muslims will survive the danger of this thought. I almost fell into it. And today I fear my children, our children, will be poisoned by this thought.
If you're concerned with the dangers of pornography, then the dangers of extreme minds don't lose. Our son can even get beat over by it.
Islam is a peaceful religion. Even the messenger when fighting has a decisive rule: can not destroy the house of God.
If this is what happens, let's renungi, don't they do a long way out?
It's an aberration. Not a diversion. It's a humanitarian. Not an is agenda.
Hope we're smart taking lessons.
*) the meme was taken from the facebook timeline, may have copyrigh