Post by admin™ on Jan 30, 2016 19:15:54 GMT -5
di halaman langit aku mengembara
di pinggir sisi bulan suci
ada di sini ada terasa
kecuraman hati menyeberangi sungai
jantungku berkabut mengukir doa
sadar membakar hitam pita
terlampau lama menghias jiwa
kusibak di taman bunga
kuketuk pintu mendung gelita
melalui atap angkasa
pelan pelan aku membuka
segala rahsia dosa
pada setiap arah aku tertikam
kemunafikan berhimpun didalam
dan bunga-bunga tercengang
dan laba-laba enggan bersarang
Aku ingin kata-kata ini tidak kosong
dan tiap detik menghilang
agar nur terbit senantiasa membawa arti
untuk kesekian kali
layak hari kemaren, bonda
ini hari antara derap kalaku
sembari merangkak nyatakan mimpi
terasa hangatmu tak kunjung padam
adakah pemberi warna seindahmu
adakah penebar sejuk seanggunmu
adakah tulus tak terbalas melainkanmu
tapi tak seperti kemaren, bonda
ini hari di simpangan jalan
sembari menyibak gerimis merapat
kurangkai kata penuh takzim
mohon ampun dalam harap maklummu
aku, si bungsumu ini menikung jalan
tak ada, bonda
tak ada yang terpatah pada ucapku
tak ada yang terperikan pada kataku
hangatmu pun takkan kunjung param
angin tak kuasa semaikan
hujan sekedar basahkan
hanyalah lebah yang bisa
tuntun bunga temukan arti hidupnya
namun bila bunga bersemai
menjadi kelopak masak
keindahan itu akan raib
sirna hilang tanpa jejak
saat itu lebah tak bisa lagi
nikmati madu sang bunga
atau sekedar pandangi
pesona indahnya
dalam bimbang lebah bertanya
: "begitukah cinta ?"
"dihalaman langit yang terbuka aku mengembara
mengepak pedih sayap terluka
menunggu bulan bersinar dimalam hari
termenung ditepian awan